Indonesia negeri impian orang Jerman

[dropcap style=”flat”]B[/dropcap]eberapa bulan lalu, saya pernah diwawancara oleh Gagasan seputar pengalaman saya berkunjung ke Jerman dalam rangka Summer School. Hasil dari wawancara ini kemudian dipublikasikan dalam Majalah Gagasan edisi 97. Liputannya dalam dilihat di Gagasan.co dan Independentpku.com.

Jerman negeri impian: dipublikasikan di majalah Gagasan edisi 97

Hari ini, ketika googling saya ketikkan “Jerman negeri impian”. Hasil pencarian menunjukkan tulisan hasil wawancara saya tersebut di beberapa media online di atas. Namun ada hal yang menarik kita di salah satu hasil pencarian saya temui tulisan dengan judul “Indonesia, negeri impian orang Jerman”. Judul ini kontras dengan judul hasil wawancara tentang saya.

Ternyata orang Jerman melirik manis untuk tinggal di Indonesia, salah satu komentar di tulisan tersebut mengatakan “Rumput tetangga emang selalu lebih hijau dibandingkan rumput halaman sendiri.. Orang luar negeri pengen tinggal di Indonesia, eh kita malah pengen keluar negeri.. hehehe”. Saya ingin menegaskan bahwa apapun ceritanya cinta tertinggi saya adalah Indonesia, disini saya lahir dan dibesarkan. Namun mengapa saya tertarik dengan Jerman? Jerman adalah negara maju di Eropa, ketertarikan saya lebih kepada eksplorasi ilmu pengetahuan, wawasan dan pengalaman. Saya ingin menggali ilmu kemajuan Jerman agar dapat membuka mata saya akan harapan Indonesia bisa menjadi negara maju, yang bahkan bisa lebih hebat dari Jerman.

Tulisan denga judul “Indonesia, negeri impian orang Jerman” adalah milik seorang Kompasianer bernama Gaganawati. Tulisan aslinya dapat dibacara disini. Karena menarik, akhirnya saya reblog ke website saya dan berikut tulisannya.

Indonesia, negeri impian orang Jerman

Beberapa kawan Kompasianer pernah mengirim inbox kepada saya agar bisa tinggal, kerja atau hidup di Jerman. Supaya hidup lebih hidup. Padahal saya sendiri ingin lebih memilih berada di Tanah Air, jika kondisi memungkinkan.

Indonesia, negeri impian? Ternyata tidak hanya pikiran saya. Buktinya, banyak pengunjung di museum tempat memamerkan foto Kampret-Kompasianer hobi jepret yang menyorot keindahan alam dan budaya Indonesia, berdecak kagum dan meluncur keinginan untuk kembali berlibur ke Indonesia atau pensiun di sana. Negeri khayalan di kayangan.

Indonesia negeri impian orang Jerman

Bagaimana dengan Kompasianer? Setuju kalau Indonesia itu sebuah negeri impian? Mari mengacungkan jari tinggi-tinggi!

Anak disabilitas pun diajak ke pameran

Sabtu, 19 Oktober 2013. Kami membuka museum khusus untuk kawan-kawan suami yang berasal dari Rumania (tinggal lama di Jerman) dan orang lokal (Jerman). Mereka ini tinggal agak jauh dari Seitingen-Oberflacht. Paling tidak, butuh satu jam-an mengendarai mobil.

Seperti pesan lesan dari pihak museum dan pemda, kami boleh menyelenggarakan Sonder Austellung, pameran spesial (tidak hanya hari minggu, jadwal standar). Sebanyak 37 tamu hadir. Usai minum kopi/teh, ditemani kue atau di Jerman dikenal dengan Kaffe trinken, acara pun dimulai.

Mula-mula suami saya membuka dengan menceritakan pengalamannya hidup di Semarang dan keliling Indonesia. Saya meneruskan dengan tarian Jawa modern, Abyor. Tarian yang tak kalah seksi dibanding tari perut Arab tapi tak maxi, hanya 5 menit digelar di depan mereka.

Tepuk tangan hadirin membuat saya yakin bahwa sekolah-sekolah di Indonesia harus tetap memberikan pelajaran menari (daerah) di sekolah, seperti yang saya dapat sewaktu TK-SMA. Ini bekal saya menjadi duta Indonesia (mengangkat diri sendiri, daripada tidak ada yang menunjuk) ketika berada di mancanegara. Asli!

Selanjutnya, kami berdua menerangkan gambar-gambar jepretan Kampret, satu per satu.

Oh… dari 37 tamu, salah satunya adalah seorang anak muda berumur 25 tahun. Ia cacat sejak umur 5 tahun (saat itu ia tenggelam dan otaknya kemasukan air). Semenjak itulah, ia hanya bisa mengerang, tergolek, dan duduk. Kata orang tuanya yang begitu sabar merawat dalam segala suasana dan di mana pun berada selalu membawanya, mereka ini yakin bahwa si anak yang divonis tidak normal itu mengerti penjelasan pameran, dan bermanfaat untuknya.

Indonesia, negeri impian!

Minggu, 20 Oktober 2013. Satu jam sejak pukul 13.00, tidak ada seorang pun yang datang. Kami bertujuh menanti dengan sabar. Barangkali karena hujan turun deras, orang enggan datang. Lebih enak menarik selimut.

Pukul 14.00, tamu mulai memasuki museum. Lambat laun semakin banyak. Saya sapa beberapa dari mereka dan sedikit menerangkan tentang museum dan gambar yang ada.

Perbincangan semakin menarik ketika beberapa dari mereka mengatakan sudah pernah ke Indonesia. Backpacker! Sudah banyak yang mereka lihat. Sebabnya, mereka tidak bersama grup tetapi dengan angkutan dan rencana seadanya, tanpa guide tanpa travel agency.

Adalah Herr dan Frau S dari Durch Hausen. Mereka bahkan mengaku tuman alias mau datang lagi ke Indonesia karenanya. Mereka mengadakan perjalanan dari Ujung Kulon sampai Flores. Papua adalah pulau yang ingin mereka capai berikutnya. Terima kasih, mas Dhave Dhanang untuk jepretan unik di Baliem!

Ada tamu lain yang ke Indonesia, usai diimingi cerita heboh teman dari liburan di Asia, Thailand dan akhirnya terwujud, pergi ke Asia, Indonesia lewat tabungan bertahun-tahun lamanya. Enam minggu di sana.

Sepasang suami-istri lainnya, seumuran 60-an, bahkan mengatakan sedang memikirkan jalan untuk tinggal di negeri kita segera sesudah istri pensiun beberapa tahun lagi. Pengalaman terdahulu berlibur ke Tanah Air (dari Sumatera sampai NTT), sungguh membuat bayangan negeri kayangan selalu di pelupuk mata. Itu letaknya di Indonesia! Thanks to Kampret atas foto pasangan dari Pulau Nias!

Seorang kawan aerobik yang pernah dua minggu holiday di Bali, mengucapkan terima kasih yang tak terhingga. Ia bahkan memeluk dan mencium saya dua kali (di pipi). Katanya, pameran ini mengingatkan memori indah bersama negeri kita dengan pasir putih, ramah tamah orang-orangnya, makanan yang sedap dan budaya yang luar biasa adi luhungnya. Itu, baru Bali… belum Kalimantan, Jawa, Sumatera, Papua dan pulau-pulau kecil lainnya, sahabat ….

Demikian laporan pandangan mata untuk sementara, berkaitan dengan pameran foto Kampret yang kali ini diselenggarakan di Jerman hingga penutupan tanggal 27 Oktober 2013 (masih seminggu lagi). Bukan event besar tapi sungguh memberikantolle Eindrück, kesan yang dahsyat (itu kata orang Jerman, lho).

So, so, so… jika orang Jerman (yang majemuk, dari berbagai negeri EU alias banyak pendatang bukan orang Jerman asli) sendiri mengatakan bahwa Indonesia adalah negeri impian, saya yakin kita sebagai orang Indonesia, memiliki rasa mencintai dan memiliki yang lebih dari para turis yang jauh-jauh datang ke negeri kita untuk menikmati keindahan kharisma katulistiwa. Tak hanya kena imbas westernisasi tetapi juga nasionalis, terpatri dalam diri. Bukankah Indonesia milik bangsa Indonesia sendiri?

Berada di Negeri rantau, saya semakin setuju atas opini orang Jerman ini. Ya, ada sebuah negeri impian yang tak kan terlupakan, yakni… Indonesia! Salam ACI (Aku cinta Indonesia). Selamat malam! (G76)