Walikota Shanghai bertanya kepada saya mengapa.. setiap anak di sekolah China dapat menyebutkan pengarang dan tanggal Deklarasi Kemerdekaan kita (baca: Amerika) sementara seikit sekali dari kita yang dapat menyebutkan Dinasti Qing runtuh, dan kapan Komunis mengambil alih kekuasaan. – Sambutan Presiden Yale University , Richard C. Levin dalam pidato wisuda tahun 2001.

ASEAN delegation

Proyeksi Ekonomi beberapa tahun lalu sudah meramalkan bahwa China dan India akan menjadi negara dengan perekonomian terbesar dan ketiga terbesar di dunia. Namun, dalam realitas global dahulunya Amerika secara kuat mendominasi pandangan dunia dengan meniadakan porsi besar dari populasi Bumi di dua negara timur ini. Pandangan dan pemahaman Barat terhadap Timur masih sangat menyedihkan. Namun beberapa tahun belakangan ini, Amerika menunjukkan isyarat yang berbeda. Porsi berita tentang China dan India yang selama 150 tahun belakangan hanya 2 persen di media-media Amerika kini secara drastis telah naik menjadi 4 persen hanya dalam kurun waktu beberapa tahun belakangan.

Dilihat dari sejarahnya, China dan India sama-sama pernah mengalami masa kelam. Inggris menindas India selama dua abad, sementara China mengalami penindasan “sendiri” oleh penguasanya ketika Dinasti Han dan kekuasaan Mauryas bergabung. Kedua negara ini juga mengalami pergantian politik yang radikal pada waktu yang hampir bersamaan. China mulai menjadi negara modern pada tahun 1949 ketika Mao Zedong berkuasa. Sementara India berhasil merebut kemerdekaan tepat dua tahun setelah Jawaharlal Nehru berhasil merebut kemerdekaan India pada tahun 1947. Mao dan Jawaharlal adalah adalah arsitek yang memiliki visi besar terhadap negara tercinta mereka, layaknya Seokarno yang menjadi proklamator kemerdekaan dan Presiden pertama Indonesia. Meskipun memiliki persamaan yang cukup banyak, namun sesunggunnya dua Negara ini sangatlah berbeda jauh.

Pernah pada tahun 1982 seorang cendekiawan terkemuka Amerika, John King Fairbank, menjuluki orang India sebagai “manusia pengecut, yang terlalu lemah untuk bertarung seperti orang China..dan mereka tidak pernah tersenyum, berbanding terbalik dengan orang China yang penuh semangat dan suka tersenyum. Menunjukkan kelemahan dan penderitaan orang India”. Selain sisi psikologis di atas, banyak pula terdapat perbedaan fundamental lainnya diantara kedua negara ini. China bercirikan model pembangunan Top to Bottom dengan kekuasaan penuh partai komunis yang menjalankan sentralisasi kekuasaan dan membungkam hampir semua bentuk perlawanan. Namun sentralisasi otonomi ini berefek mengagumkan sekaligus mengekang.

Berbeda dengan India yang menunjukkan heterogenitas dan pluralitas yang lebih besar, sentralisasi politik dan otonomi tidak berlaku di India, namun dunia luar menangkap makna yang berbeda. Seolah terjadi kekacauan, tetapi sebenarnya juga memungkinkan tumbuhnya benih-benih yang produktif. Dalam hal ekonomi, China seolah menyingkirkan peran swasta dalam pembangunan negara terlihat dari upaya China mencari modal asing dan keengganannya mengakui pentingnya sektor swasta. Berbeda dengan India yang membiarkan persaingan tumbuh pesat. China meminimalisir koalisi yang menghambat kemajuan, namun tidak demikian dengan India.

Kedua negara memiliki keunggulan berbeda dalam pendekatan pembangunan. China dan India juga banyak dibandingkan dalam konteks yang lebih luar dan dalam. Contohnya:

1. Mengapa China mampu membangun kota dalam waktu satu malam sedangkan India kesulitan membangun jalan!
2. Mengapa China melarang pemilihan umum sedangkan India menjalankan pemilu tetapi memilih pemimpin yang memiliki catatan kriminal?
3. Mengapa China menyukai warga Negaranya yang menetap di luar negeri sedangkan India tidak?
4. Mengapa kebanyakan orang China tidak sehat, tetapi masih lebih sehat daripada orang India?
5. Mengapa perusahaan swasta kelas dunia sangat sedikit dimiliki orang China meskipun tercipta laju perekonomian yang berkembang pesat?
6. Mengapa China mampu mengalahkan India?
7. Mengapa orang China menyambut hangat orang India di China sementara orang India tidak melakukan hal sebaliknya?

Perbedaan langkah kedua negara telah memiliki implikasi yang besar, hanya saja sekarang sudah mulai terlihat. China dan India sama-sama dapat berpengaruh kuat terhadap satu sama lain dan dunia daripada bila dilakukan secara terpisah. Hal yang baik di China tidak baik di India, dan sebaliknya. Kedua negara saling memantulkan cerminan diri yang terbalik. Dunia memiliki penafsiran berbeda terhadap kedua negara ini. Gerak-gerik kedua negara dianggap sebagai persaingan dan diartikan bahwa China lebih superior daripada India. Sebenarnya itu salah karena perbedaan kedua negara itu telah menciptakan penggabungan kekayaan baru yang dinikmati kedua negara tersebut dan negara manapun yang ingin mencicip keuntungan darinya. Belakangan ini kegelisahan Amerika semakin merebak, rekayasa Amerika yang meniadakan 24 miliyar penduduk bumi ini sudah berbalik menjadi serangan baginya.

Dua superior Asia ini membangun kekuatan mutual yang perlahan menggerayangi Amerika tanpa disadari dan menolak untuk sadar pada awalnya karena memandang negera tersebut tidak ada apa-apanya, hanyalah dua negara dengan perselisihan dan perbedaan mendasar yang tidak masuk daftar negara yang perlu untuk diperhitungkan. Amerika salah besar! Kini Amerika menjadi risih dan tanpa persiapan berarti untuk menghadap laju kekuatan besar 24 miliyar penduduk bumi tersebut

*Tulisan di atas adalah kesimpulan saya dari hasil bacaan Buku: Billion Entrepreneurs; How China and India Reshaping Their Future-and Yours. Saya membayangkan Indonesia dan Malaysia, dua negara besar rumpun melayu yang “boneka”. China dan India berselisih dan juga bermusuhan namun mereka berlaku demikian untuk menunjukkan keunggulan masing-masing negara atas keinginan untuk maju yang didasari pada kehendak rakyat (negera). Berbeda dengan Indonesia dan Malaysia, boneka yang diadu oleh Amerika dan Inggris, kedua negara ini berlaga dalam keunggulan dengan dasar sekutu Inggris dan Amerika tanpa sadar bahwa keunggulan sejati adalah membangun negara sendiri.

Dengan seketika pandangan saya berubah tentang perselisihan Indonesia dan Malaysia yang selalu dibesar-besarkan. Jika kita terus mengikuti arus tersebut, maka kita termasuk kedalam generasi yang akan mengubur kedua negara ini beberapa generasi ke depan. Saya melihat Indonesia dan Malaysia adalah contoh kebangkitan superior berikutnya dari Asia setelah China dan India. Kita harus menghilangkan egosentrisme kedua negara, sebagaimana China dan India telah berhasil melakukan itu. Saya ingin dengan segera ini bisa terwujud, Indonesia dan Malaysia adalah potensial untuk menjadi macan Asia berikutnya yang akan menguasai dunia jika kita bersatu. Dan kita harus bersatu.

Keterangan foto: Delegasi dari negara ASEAN saling bergandengan tangan, menjadi simbolisasi kerjsama dan kebangkitan ASEAN. (ASEANpreneurs Youth Leaders Exchange, University of the Philippines – 2013)