Riwayat Prestasi

[carousel source=”media: 4538,4537,4536,4528,4529,4530,4532,4534,4535,4511,4189,4192,4186,4151,4121,4115,4107,4101,4082,4026,4013,3982,3981,3940,3958″ limit=”50″ link=”image” width=”700″ height=”140″ responsive=”no” items=”5″ scroll=”3″ title=”no”]

Adhitya saat lomba balap karung

Foto 1. Adhitya saat lomba balap karung

[dropcap style=”flat”]J[/dropcap]angan dibayangkan barisan piala menghiasi prestasi Adhitya. Ia tidak sama sekali memilikinya. Poin-poin prestasi utama di dalam riwayat ini adalah keberhasilan Adhitya mengikuti pertukaran-pertukaran pelajar ke luar negeri, dan mendapatkan beasiswa untuk kuliah di luar negeri. Tapi tenang, kalau dalam urusan balap karung, belum ada yang bisa menandinginya..he he.

Adhitya saat mengikuti lomba khatam Al Qur'an di Bukittinggi

Foto 2. Adhitya saat mengikuti lomba khatam Al Qur’an di Bukittinggi

Saat di SD, ia adalah siswa berprestasi, dan pernah menjadi juara umum. Ketika di SD pula ia mengikuti lomba khatam Al-Qur’an di Bukittinggi, namun tidak berhasil menjadi peserta terbaik. Beberapa hal yang pernah menginspirasinya datang dari keluarga dekat. Saat di SMP, Ibunya acap kali mengabarkan berita saudara sepupu Adhitya mengikuti perlombaan seperti lomba bahasa Inggris, yang kemudian membuka hatinya untuk mengukti kursus bahasa Inggris. Ia pun mendaftar di Duri Al-Fikro English Course. Pendidikan yang didapatnya disini membuatnya mulai mahir berbahasa Inggris. Saat di Al Fikro, ia beberapa kali mengikuti perlombaan bahasa yang diselenggarakan oleh lembaga, seperti lomba pidato bahasa Inggris. Namun sepertinya ia tidak lebih hebat dari peserta lainnya.

Hal lainnya terjadi saat SMA, Ibunya sering mengajaknya berkunjung ke rumah saudara Ibunya. Saudara Ibu ini memiliki anak yang mendapat beasiswa pendidikan S1 di Italia. Melihat foto-foto anak teman Ibu yang dipajang di rumahnya itu, membuat Adhitya bukan kepalang terinspirasi untuk mengikuti jejaknya. Ia ingin bisa ke luar negeri, mengikuti program dan mendapat beasiswa. Ia pun memperdalam kemampuan bahasa Inggris dengan mengikuti kursus di Palapa English Course. Sementara itu, saat di SMA, lumayan banyak akses kepada perlombaan dan sarana untuk prestasi, seperti halnya Paskibra, Lomba Biologi Nasional dsb. Tetapi hasratnya untuk mengikuti hal tersebut seolah belum terbangun, walaupun sebenarnya ia merasa iri saat melihat temannya menjadi delegasi lomba, dan membawa kebanggan buat sekolah.

Memasuki masa kuliah, keinginan Adhitya untuk mengepakkan sayap semakin menggebu-gebu. Namun yang menjadi prioritasnya saat itu adalah bagaimana ia bisa mewujudkan imajinasi saat SMA dulu: berangkat ke luar negeri. Aktifitas Adhitya saat kuliah dipenuhi dengan kegiatan keorganisasian. Berangkat ke berbagai daerah mengikuti agenda-agenda organisasi. Ia pernah meraih posisi tiga besar terbaik pada Latihan Kader II HMI di Cilegon tahun 2012. Selain itu, ia juga pernah mengikuti kontes website organisasi, lomba kaligrafi dan menjadi perwakilan Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia (HMJ-PKA) untuk lomba debat bahasa Inggris dalam rangka Bulan Bahasa di Pusat Bahasa UIN Suska Riau tahun 2011, ia satu grup dengan Willin Yulian Sari dan Muhammad Amin. Pengalaman tersebut kurang terasa istimewa karena ia tidak berhasil merebut gelar juara.

Adhitya saat mengikuti seleksi PPAN tahun 2011

Foto 3. Adhitya saat mengikuti seleksi PPAN tahun 2011

Di tahun 2011 ia mengikuti seleksi Pertukaran Pelajar Antar Negara (PPAN) yang diselenggarakan oleh PCMI (Purna Caraka Muda Indonesia) dibawah Dispora (Dinas Pendidikan dan Olahraga) Provinsi Riau. PPAN memilih beberapa orang pelajar untuk dikirim berbagai Negara mengikuti pertukaran pelajar dan menjadi duta Negara. Saat itu turut mendaftar teman satu kosnya, Romaito Azhar. Seleksi PPAN terdiri dari beberapa tahap dan berlaku sistem gugur. Tahap pertama adalah seleksi tertulis pengetahuan umum tentang Negara-negara tujuan PPAN, Adhitya lulus di tahap ini dan berhak melaju ke tahap selanjutnya, yaitu psikotes.

Berbekal pengalaman dua kali gagal di psikotes, kali ini ia berhasil melaluinya dengan baik dan berhak mengikuti seleksi pidato. Seleksi ini seperti yang lazim digunakan dalam seleksi Miss World. Masing-masing perserta dipanggil maju ke atas pentas dan disuruh memilih salah satu kertas yang berisi judul pidato. Durasi pidato, jika tidak salah sekitar 10 menit. Lagi-lagi ia lulus. Seleksi selanjutnya adalah Culture Performance untuk 15 besar yang jika lulus akan maju ke tahap akhir yaitu karantina. Setiap perserta diwajibkan menampilkan kebolehannya dalam pertunjukan seni daerah. Namun sayang, langkahnya terganjal di tahap ini. Temannya, Romaito Azhar, telah lebih dulu gagal di tahap psikotes.

Adhitya sempat terpukul dengan kegagalan tersebut namun tidak lama. Ia berhasil bangkit dan membuktikan bahwa satu pintu tertutup, pintu lainnya ada yang terbuka. Gagal di PPAN menjadi pintu gerbang untuknya meraih kesempatan mengikuti pertukaran pelajar lainnya.

  1. Indonesian-German Intercultural Summer School 2012

Adhitya saat mengikuti Indonesian-German Intercultural Summer School 2012

Foto 4. Adhitya saat mengikuti Indonesian-German Intercultural Summer School 2012

Program ini adalah kegiatan kolaborasi antara UIN Suska Riau, UIN Sahid Jakarta dan HAW Amberg-Weiden (University of Applied Science Amberg-Weiden). IGSS dilaksanakan pada tanggal 9-19 September di Indonesia (Jakarta – Kepulauan Seribu – Tangerang – Yogyakarta). Program ini mengangkat tema Renewable Energy, Entrepreneurship and Leadership.

Adhitya mengetahui perihal program ini saat ia berada di Jakarta, saat itu ia baru selesai mengikuti Latihan Kader II HMI. Seorang teman membagikan informasi acara ini di facebook. Tanpa berfikir panjang, ia langsung menelfon nomor yang tertera dan menanyakan apakah masih dibuka pendaftaran peserta. Ia pun mendapat konfirmasi masih dibuka, segera ia siapkan persyaratannya seperti curriculum vitae and cover letter. Tidak berselang lama, sekitar beberapa hari, Ia pun mendapat penggilan wawancara yang akan dilaksanakan di Pekanbaru. Ia pun segera menyiapkan rencana untuk pulang.

Kriteria peserta untuk program ini terbatas, selain harus mempunyai kemampuan bahasa Inggris yang mumpuni (dibuktikan saat wawancara), juga harus berasal dari latar belakang jurusan yang ditentukan. Kebetulan jurusan pendidikan kimia di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan termasuk yang diberikan kewenangan. Pak Kunaifi, koordinator seleksi program ini pernah membuka rahasia seleksi, Ia mengatakan Adhitya terpilih karena mempunyai kelebihan selain bahasa, yaitu kepemimpinan.

Mahasiswa Jerman sampai di Jakarta pada tanggal 9 September 2012. Peserta dari UIN Suska turut serta menjemput mereka di bandara Soekarno-Hatta, Jakarta. Program dibuka secara resmi pada tanggal 10 September 2012 di kampus UIN Sahid. Sebagaimana namanya, program ini mempunyai konten pertukaran budaya. Malam pertama program diisi dengan acara German Evening, eksibisi budaya Jerman sebagai pembuka, sedangkan Indonesian Evening dilaksanakan di penutupan acara.

IGSS memperkenalkan dan mempelajari sebuah alternatif alat masak yang bernama HECO (High Efficient Cooking Stove) karya Prof. Magnus Jaeger. HECO sangat tepat digunakan oleh masyarakat desa karena bahan bakarnya yang berbentuk pellet, dapat dibuat dari ranting-ranting pohon dan dedaunan. Keutaman kompor ini terletak pada efisiensi pembakarannya.

Peserta juga dibawa ke Kepulauan Seribu untuk mempelajari solar system dan penggunaanya untuk keperluan tumah tangga di pulau tersebut. Di Tangerang, peserta diajak mengamati penggunaan energi dalam sektor kewirausahaan, yaitu produksi keripik ubi rumah tangga. Disini peserta mendapat tugas mengkaji penggunaan energi dan keuntungan bisnis yang didapat dari kompor tungku konvensional, dan mengusulkan suatu sistem energi baru menggunakan HECO dan membuat kalkulasi efisiensi yang bisa didapat. Dari sana peserta kemudian mempelajari sistem kerja Pabrik Gula Madukismo di Yogyakarta, dan menganalisa efisiensi energi yang bisa dilakukan. Dalam setiap agenda, peserta diberikan tugas-tugas yang harus dikerjakan baik individu maupun kelompok, dan dipresentasikan di akhir sesi.

Di akhir acara, selain diisi dengan acara kesenian, juga diisi dengan presentasi terakhir dari setiap kelompok. Setiap kelompok diwajibkan membuat mini-thesis, kelompok Adhitya yang terdiri dari Anne Kathrin Rieger, Maximiliam Drexler, Suci Wahyuni dan Muhammad Syamsuddin menyajikan judul The use of renewable energy in the home production industry.

Pengalaman program ini sangat berkesan bagi Adhitya. Ia mendapat ilmu, wawasan dan jaringan pertemanan internasional. Jerman adalah Negara yang sejak lama dikaguminya.

  1. ASEANpreneurs Youth Leaders Exchange 2013

Adhitya saat mengikuti ASEANpreneurs Youth Leaders Exchange 2013

Foto 5. Adhitya saat mengikuti ASEANpreneurs Youth Leaders Exchange 2013

Program ini diselenggarakan pada tanggal 25 Februari sampai dengan 1 Maret 2013 di University of The Phippines, Filipina. ASEANpreneurs merupakan organisasi yang dikelola oleh mahasiswa untuk mengembangkan kewirausahaan di kawasan ASEAN. Organisasi ini adalah inisiatif dari National University of Singapore (NUS) Entrepreneurship Society. Secara umum, program ASEANpreneurs ini mencakup pertukaran ide bisnis dan budaya, pementoran, inkubator, membangun jaringan profesional dan menemukan partner bisnis yang potensial.

AYLE pertama kali diselenggarakan pada tahun 2009 di Singapura, kemudian bergantian setiap tahunnya di negera ASEAN yang berbeda. Indonesia pernah menjadi host AYLE pada tahun 2009. University of The Philippines (UP) yang menjadi tempat penyelenggaran AYLE berlokasi di kota Quezon. AYLE mengangkat tema Startup Experience.

Acara ini diikuti oleh mahasiswa-mahasiswa dari seluruh Negara ASEAN, kecuali Laos, dan beberapa Negara di luar ASEAN seperti Jepang, Kanada dan Bostwana. Dari hasil perbincangan dengan panitia, mereka mengatakan bahwa Laos termasuk Negara yang mahasiswanya kurang aktif dalam kegiatan-kegiatan internasional. Sangat jarang muncul delegasi Negara tersebut di acara internasional.

Setiap peserta yang mengikuti acara ini mendaftar secara mandiri. Pendaftaran saat itu cukup sederhana, yaitu mengisi formulir dan membuat beberapa buah esai. Berkas tersebut nantinya akan diseleksi. Adhitya merupakan salah satu dari total 14 orang perwakilan dari Indonesia, dan satu-satunya dari Sumatera.

Opening Ceremony  acara ini diselenggarakan pada tanggal 24 Agustus dengan serangkaian sambutan, tarian khas Filipina, dan makan malam, dan seminar motivasi oleh Llyod Luna, seorang trainer terkemuka di Negara itu. Acara utama program ini terdiri atas rangkaian workshop seperti Business Idea Workshop, Advertising Workshop, Elevator Pitch Workshop. Peserta diajak mengunjungi perusahaan dan startup di Filipina.

AYLE 2013 juga menyelenggarakan Expo. Setiap Negara peserta wajib menyiapkan stand pameran di expo tersebut. AYLE ditutup dengan Business Idea Competition, sebuah pitching competition yang dilakukan berkelompok. Adhitya berada satu kelompok dengan Senti Gosenyang dari Bostwana, Heather Ho dari Canada, Nurul Wadaah dari Brunei Darussalam, Dimas Farid Hidayatullah dari Indonesia, Dieu Thuy Tran dari Vietnam, dan Andrew Chua dari Filipina. Kelompok ini menampilkan PICO (Philippines International Cooking School).

Ide PICO adalah menyangkut sentimen masakan lokal Filipina. Berdasarkan riset yang kami lakukan, Filipinos lebih cenderung menyukai Western Food, oleh karenanya Filipina diserbu gerai-gerai makanan asing. Disaat yang sama, masakan lokal mulai terpinggirkan. Selain itu, tingkat pengangguran di Bicol, daerah tempat PICO akan didirikan, sangat tinggi. Kami melihat ini sebagai kesempatan baik untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat sekaligus mempopulerkan masakan lokal dengan sentuhan cita-rasa internasional.

Di sela-sela waktu, peserta juga diajak bermain di taman hiburan Eco Park, jalan-jalan di Inamuros City (Kota tua Filipina) dan berbelanja di Tendensitas, sebuah pasar oleh-oleh dan kerajinan tangan.

AYLE adalah perjalan pertama terjauh yang dilakukan oleh Adhitya. Ia berangkat seorang diri dari Pekanbaru. Partisipasinya untuk acara ini mendapat dukungan penuh dari rektorat UIN Suska Riau.

  1. Indonesian-German Summer University 2013

Adhitya saat mengikuti Indonesian-German Summer University 2013

Foto 6. Adhitya saat mengikuti Indonesian-German Summer University 2013

Progam ini adalah kelanjutan dari IGSS yang pada tahun sebelumnya diselenggarakan di Indonesia pada tahun genap (2012), pada tahun ganjil (2013) giliran Jerman yang menjadi host. Pada tahun 2013, HAW merubah nama program menjadi Summer University, tanpa menghilangkan program pertukaran budaya di dalamnya.

Adhitya mendapat kesempatan berangkat mewakili UIN Suska bersama 2 orang rekannya yaitu Muhammad Syamsuddin dan Intan Septia Latifa. Sementara itu, UIN Sahid Jakarta mengutus 5 orang perwakilan. Rombongan dua universitas ini berangkat bersama dari Jakarta menuju Jerman. Ibu Prof. Lily Surayya dari UIN Sahid menjadi koordinator rombongan Indonesia.

Program Summer University Jerman dilaksanakan pada tanggal 14-24 September 2013 di kampus HAW yang terletak di kota Weiden. Tema acara masih sama dengan tahun sebelumnya, yaitu Renewable Energy, Leadership and Entrepreneurship, namun dengan topik kajian yang berbeda. Summer University 2013 berfokus pada kajian politik kepemimpinan, teknologi dan ekonomi, dan pendekatan sistem yang dilakukan oleh Jerman dalam melakukan bisnis sehingga membuat perusahan-perusahaan Jerman menjadi kelas dunia, dan ekonomi Jerman menjadi yang terkuat di Eropa. Peserta dibawa mengenal lingkungan dan budaya kerja Jerman, terutama dalam sektor yang tumbuh pesat di Jerman yaitu energi terbarukan.

Peserta Indonesia berangkat pada tanggal 23 September dari bandara Soekarno-Hatta di Jakarta menuju Frankfurt, Jerman. Dari Jakarta transit di Kuala Lumpur International Airport (KLIA), selanjutya perjalanan menuju Jerman ditempuh dari bandara Abu Dhabi menggunakan Emirates Airlines. Setibanya di Frankfurt, perjalanan dilanjutkan menggunakan kereta api menuju kota Weiden yang ditempuh dalam waktu lebih kurang 6 jam. Setibanya di Weiden, rombongan Prof. Jaeger dan mahasiswanya menyambut kedatangan kami dan mengantar ke penginapan Gasthof Dagner, tidak jauh dari kampus HAW yang bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Jerman di bulan September-Oktober penuh dengan keceriaan, banyak festival diselenggarakan seperti Autumn Festival dan Octoberfest. Ditambah dengan acara German Evening dan Indonesian Evening semakin melengkapi keseruan berada di Jerman.

Kajian energi terbarukan pada Summer University 2013 masih seputar HECO, Solar System dan Suistainable Forest Management. Peserta dibawa mengunjungi perusahaan Ziegler Erdenwerk, perusahaan produksi pellet yang menjadi bahan bakar HECO di kota Flosburg. Kunjungan juga dilakukan ke Bavariant Forest untuk melihat bagaimana pengelolaan hutan dilakukan dengan sentuhan teknologi tanpa mengabaikan kelestarian lingkungan. Jerman memiliki kesadaran yang tinggi akan lingkungan.

Peserta juga diajak berkunjung ke Regensburg, kota warisan UNESCO yang penuh dengan sentuhan arsitektur bangunan zaman pertengahan yang masih terawat dengan baik. Kunjungan juga dilakukan ke Open Air Museum di Neusath, sebuah museum yang menampilkan kehidupan desa di Jerman. Tempat lainnya yang dikunjungi adalah Flossenburg Concentration Camp, Castle Flossenburg dan danau Schonau.

Adhitya saat di kota Antwerp, Belgia

Foto 7. Adhitya saat di kota Antwerp, Belgia

Sama seperti tahun lalu, di setiap sesi peserta diberikan tugas dan presentasi untuk dikerjakan mandiri dan dalam kelompok. Adhitya berada satu kelompok dengan Karl Schierlinger, Stefan Paulus, Trimeta Liastiza Puteri, Laurin Fischer dan Intan Septia Latifa. Kelompok ini mengangkat tema “How to promote renewable energy in Indonesia National Park”.

Pada tanggal 24 September 2013, selesai penutupan program Summer School, Adhitya dan teman-teman peserta dari Indonesia berangkat ke Belgia untuk mengikuti workshop the company di Antwerp University  di kota Antwerp. Kunjungan ini sekaligus membahas MoU pertukaran pelajar Indonesia-Belgia. Hasil dari workshop  ini, Adhitya dkk mendapat tugas market analysis di Indonesia untuk produk karya mahasiswa Antwerp.

Keikutsertaan Adhitya dalam program ini adalah berkat dukungan parsial dari rektorat UIN Suska Riau dan fakultas Tarbiyah dan Keguruan, serta beberapa sponsor lain dari perusahaan dan pribadi.

  1. Beasiswa LPDP Kementerian Keuangan

Adhitya dinyatakan lulus sebagai penerima beasiswa LPDP Kementerian Keuangan pada tanggal 10 Juni 2014 untuk studi Educational  Technology  di University of Twente.

[carousel source=”media: 4538,4537,4536,4528,4529,4530,4532,4534,4535,4511,4189,4192,4186,4151,4121,4115,4107,4101,4082,4026,4013,3982,3981,3940,3958″ limit=”50″ link=”image” width=”700″ height=”140″ responsive=”no” items=”5″ scroll=”3″ title=”no”]


***
To be continued

What do you think? Leave your comment.

Loading Facebook Comments ...
Loading Disqus Comments ...

Leave a Reply

Your email address will not be published.

16 − twelve =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Close