Cak Nur memberikan pesan kepada para aktivis yang kemudian pesan tersebut diriwayatkan oleh kakanda Muhammad Arief Rosyid Hasan ketua umum PB HMI yang disampaikannya ketika sharing dan temu ramah dengan pengurus BADKO HMI RIAU-KEPRI di Batam tanggal 21 kemarin.

Dengan Kanda Arif Rosyid (Ketua Umum PBHMI)

Kanda Arief menyebutkan dalam sambutannya bahwa dulu Cak Nur pernah mengatakan bahwa “Aktivis itu akan menuai hasil perjuangannya idealnya dalam kurun waktu 10 tahun mendatang”, itu berdasarkan proses yang ideal tambahnya. Tetapi jika dibarengi dengan akselerasi yang baik dan optimal maka hasil perjuangannya bukan tidak mungkin diperoleh dalam waktu yang lebih cepat. Namun fenomena yang terjadi saat ini adalah para aktivis cepat terlena dan sangat oportunis, aktivis bergerak karena ada manfaat bagi dirinya dan manfaat yang dimaksud sudah bergeser dengan sangat prinsipil. Bergerak karena ada keuntungan materi, dimobilisasi karena ada uang. Bahkan banyak juga aktivis yang akhirnya menyerah karena berfikir tidak ada hasil yang diperolehnnya melainkan hanya aktifitas yang sia-sia belaka. Ini sungguh sangat salah kaprah.

Aktivis saat ini sudah banyak yang keliru, mereka bergerak bukan karena ingin membesarkan diri dan organisasinya melainkan hanya untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya. Mereka tidak lagi berjalan dengan intelektual, melainkan “proposal”. Kecendrungan mereka untuk berorganisasi adalah semata untuk “mencari hidup” di di dalamnya. Namun dibalik kenikmatan sesat dan sesaat yang didapat itu mereka tidak menyadari hukumnya bahwa “Jika engkau membesarkan organisasi maka ia akan membesarkanmu, kalau engkau berbuat zalim di organisasi maka ia akan menghancurkanmu sehancur-hancurnya”, sudah banyak contohnya, ujar kanda Arif.

Kanda Arif juga menyebutkan bahwa amanah itu adalah harga diri dan ia harus dijalankan dengan sebaik-baiknya. Amanah dan nama organisasi itu melekat di dalam diri, jadi setiap perbuatan kita tidak secara tidak langsung juga membawa nama organisasi. Kita harus menyadari itu. Namun realitas yang terjadi bahwa aktivis organisasi banyak yang berbuat menyimpang, menjual organisasi kemana kemari. Mereka “Mengkapitalisasi organisasi”, maksudnya memperkaya diri di organisasi. Mencari nafkah dari organisasi. Dalam pengakuanya, kanda Arif juga menyebutkan bahwa selama satu semester kepengurusannya ia terus “berperang” dengan orang-orang dan senior yang menganggap HMI itu adalah kantor, tempat “kapitalisasi organisasi”. Ia juga mangatakan bahwa “orang Jakarta” itu seolah merekalah yang memiliki Indonesia. Ia juga mengalami kesulitan dalam kepengurusannya karena orang-orang saat ini syaratnya untuk bergerak sedikit-sedikit uang bahkan banyak yang terus terang meminta transaksi agar kawan-kawan bisa dimobilisasi maka harus ada sejumlah rupiah.

Seharusnya di HMI ini kita belajar dan berjuang, mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya. HMI ini adalah kawah candradimuka tempat kita ditempa. Namun lagi-lagi, orang yang tidak kuat menjalani proses akhirnya terseret. Di HMI kita tidak diajarkan untuk berbuat macam-macam, HMI mengajarkan ilmu yang baik dan seharusnya ilmu itu digunakan untuk hal-hal yang baik pula. Kalau berfikir untuk kepentingan hidup, maka kepentingan itu akan selalu ada. Jika kita berbuat baik maka akan ada saja jalan baik untuk kita bisa terbantu. Kanda Arif juga mengingatkan bahwa kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan harus menarik, idenya harus brilliant. Maka dengan itu kegiatan tersebut akan bernilai mahal. Ia juga mewanti-wanti untuk tidak terpaku pada agenda yang mainstream dan juga agar tidak terlalu menanggapi hal-hal yang tidak strategis. Dalam hal ini, BADKO harus mendorong cabang-cabang untuk meningkatkan kreatifitas. Optimisme harus terus dibangun, melihat geliat-geliat aktifitas HMI di komisariat-komisariat kita percaya bahwa HMI ini tidak akan mati, ujar kanda Arif. Aktifitas di komisariat masih luar biasa. Yang kelimpungan itu orang-orang yang di atas yang kepentingannya sudah berbeda dari tujuan organisasi.

Jika kita terus berbuat yang terbaik maka organisasi ini kelak akan menjadi penolong. Kanda Arif bercerita mengenai terpilihnya dan menguatnya dukungan terhadap Abraham Samad ketika menjalani pemilihan sebagai ketua KPK dan juga contohnya ketika Hamdan Zoelva terpilih sebagai ketua MK. Selain kapasitas dan kapabilitas yang dimiliknya yang membuatnya akhirnya terpilih, ada hal yang juga sangat menentukan bahwa “dia itu kawan kita juga”, atau istilahnya adalah HMI Connection. “Kodenya itu”, ujar kanda Arif. Abraham Samad dan Hamda Zoelva adalah mantan aktivis HMI.

Ada hal yang sangat memprihatinkan jika kita amati ucapan kanda Harry Azhar Aziz dalam pembicaraanya di dialog pelantikan BADKO di Batam ketika itu. Ia menyebutkan bahwa saat ini mantan anggota HMI itu sudah menyebar hampir di seluruh lembaga pemerintahan, baik itu di DRR, KPU, KPPU, dan sebagainya. Sekitar 30-40% alumni HMI ada di setiap lembaga pemerintahan. Tetapi kenapa negara ini juga tidak kunjung baik? Kanda Harry menyebutkan bahwa kebanyakan kita adalah orang agama tetapi perilakunya tidak agamis. Barangkali hal ini juga yang menjadi sorotan Kanda Arif bahwa sistem yang ada yang akhirnya melipat kawan-kawan untuk berbuat macam-macam. Segelintir orang akhirnya terseret kedalam jurang. Sebut saja beberapa orang alumni HMI yang saat ini terjerat kasus korupsi, namun adilkah kita jika terlalu membesar-besarkan penyebab masalah itu akibat proses yang ada di HMI. Sungguh tidak adil jika kita menilai begitu, HMI tidak pernah mengajarkan hal-hal buruk. Kita harus tetap membangun optimisme, ujarnya.


Catatan: Tulisan ini dibuat dengan modifikasi dan penambahan ide dari penulis. Redaksi dan penjelasan beberapa kata-kata dari narasumber tidak sepenuhnya murni, ada pengembangan ide dan penambahan gagasan dari penulis. Foto: Seusai acara pelantikan BADKO HMI Riau-Kepri periode 2013-2015 dan seminar nasional tentang rekayasa politik dan penegakan supremasi hukum untuk mewujudkan Indonesia yang berkeadilan. Batam, 21 Desember 2013.