Di dalam kereta menuju Munchen

[dropcap]K[/dropcap]enapa saya bisa begitu menggebu dan bersemangat dalam menggapai impian? Lalu kenapa saya mampu berkorban waktu, tenaga yang tidak terhingga untuk mencapai impian? Karena saya paham bahwa membangun impian itu ibarat ilmu roket. Anda harus menciptakan milestone yang kokoh di setiap tahap guna mempertahankan motivasi untuk mencapai impian-impian besar lainnya di kemudian hari.

Di dalam kereta menuju Munchen

Seperti apa yang dikatakan oleh Charles Lindbergh, penerbang Amerika yang juga seorang penulis, bahwa melakukan sesuatu yang sangat Anda inginkan itu mirip dengan semburan adrenalin yang paling kuat. Anda hamper-hampir merasa sepertinya Anda bisa terbang tanpa pesawat.

Membangun impian itu persis serupa dengan ilmu tentang roket. Bagaimana cara mempertahankan motivasi, dapat dijelaskan dengan ilmu tentang roket. Penasaran? Berikut saya jelaskan.

Roket Saturnus 5 (yang biasa digunakan untuk meluncurkan pesawat Apollo dalam misi-misi mecapai bulan) memiliki tinggi 110 meter dan berat 3.000 ton apabila bahan bakarnya penuh. Namun, objek berbentuk silinder dengan 45 tingkat ini bukan sekedar tabung kosong berisi bahan bakar. Roket ini dibagi menjadi 3 tingkatan berbeda yang masing-masing memiliki sistem tenaga pendorong yang sama sekali terpisah.

Tingkat pertama (bagian terbawah roket saat berdiri di landasan luncur) berisi 2.200 ton bahan bakar – hampir 75 persen keseluruhan bahan bakar. Apakah ini berarti bahwa roket tingkat pertama mendorong astronot 75 persen dari jarak yang harus ditempuh ke bulan? Tidak. Bahkan tingkat pertama terlepas dari tubuh roket dengan bahan bakar yang hampir tidak tersisa di ketinggian tidak lebih dari enam puluh kilometer di atas bumi. Itulah jumlah bahan bakar yang dibutuhkan untuk melepaskan diri dari gaya tarik gravitasi bumi dari permukaan tanah.

Tingkat kedua membawa sekitar 460 ton bahan bakar – sekitar 21 persen dari daya tamping bahan bakar roket tingkat pertama – tetapi mampu membawa astronot ke ketinggian hamper tiga kali lipat, yaitu hingga lebih dari seratus kilometer di atas bumi sebelum akhirnya memisahkan diri dan menjauh.

Tingkat ketiga hanya membawa 115 ton bahan bakar – kurang dari 6 persen bahan bakar roket tingkat pertama – tetapi jumlah ini cukup untuk mendorong astronot keluar sama sekali dari orbit bumi memasuki lintasan bulan sebelum bagian ini akhirnya juga terlepas.

Modul kerja yang ditempati para astronot selama sisa perjalanan ke- dan dari bulan membawa sepersepuluh jumlah bahan bakar yang dibawa tingkat ketiga roket Saturnus 5 dan kira-kira seperdua-ratus jumlah bahan bakar roket tingkat pertama. Kendaraan ini, modul kerja ini, adalah roket yang benar-benar mengantarkan manusia ke bulan dan kembali ke bumi – tetapi ia tampak begitu kecil dibandingkan dengan monster yang dibutuhkan untuk mendorongnya agar bebas dari gravitasi bumi.

Atau, meminjam istilah hukum dasar kekekalam momentum yang lebih sederhana: dibutuhkan jauh lebih banyak energi untuk memulai sesuatu dari awal dibandingkan energi yang dibutuhkan untuk menjaganya agar tetap bergerak. Motivasi adalah bahan bakar penggerak, kemampuan memanfaatkan dan mengolah motivasi juga merupakan faktor penting. Dan mempertahankan motivasi adalah sesuatu yang paling utama agar dapat tetap konsisten bergerak mencapai impian.

Sekarang, dapatkah teman-teman menyimpulkan kenapa saya sangat bersemangat dan berusaha keras untuk mencapai impian saat ini? Dan dapatkah teman-teman mengambil hikmah dari cerita saya di atas?

Kita perhatikan juga nasihat Imam Syafi’i:

Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah berjuang.