[dropcap style=”flat”]R[/dropcap]elawan Turun Tangan Pekanbaru kembali turun aksi, setelah sebelumnya berhasil menarik perhatian dan simpati masyarakat pada moment hari Ibu 22 Desember lalu. Di mana pada waktu itu Turun Tangan Pekanbaru menggelar aksi bentang spanduk yang bertuliskan “Anakku…rahim Ibumu tidak dipakai untuk lewatnya seorang calon koruptor” di Car Free Day Pekanbaru. Bukan banyaknya relawan yang turun pada hari itu yang mengusik perhatian masyarakat, melainkan pesan yang disampaikan melalui spanduknya. “Gilaaa..kena banget sindirannya. Mudah-mudahan para koruptor sadar dengan kalimat itu”, komentar Lindra di media sosial menanggapi foto aksi yang kami unggah.

Hari ibu

Masyarakatpun ketika itu begitu antusias dengan kehadiran kami, banyak yang jadinya pengen tahu tentang apa itu Turun Tangan. Dan otomatis pembicaraan pun kami arahkan juga untuk mengenal Anies Baswedan, pengunjung yang bertanya banyak yang bersimpati namun juga tidak sedikit yang awalnya menyayangkan pilihan Anies ikut konvensi. Tapi dengan penjelasan yang baik, sebagian pesar pengunjung yang kami sapa akhirnya bisa menerima walaupun tidak sepenuhnya. Aksi kami turut mengundang sorotan kamera, banyak pengunjung yang minta foto bersama kami dengan bentangan spanduk.

Mengulang sukses hari ibu, di minggu berikutnya kami kembali turun aksi di lokasi yang sama CFD Pekanbaru. Namun kali ini konsepnya adalah orasi damai atau mimbar bebas, kami berkeliling orasi menggunakan toa (pengeras suara) seputar lokasi CFD. Pesan yang kami sampaikan menyesuaikan dengan suasana CFD, pesan yang ringan namun memiliki urgensi. Tema yang kami orasikan menyentuh aspek politik, seputar mendorong kebaikan di negeri ini.

Aksi CFD Pekanbaru

Memasuki tahun baru 2014, aktifitas relawan di awal-awal minggu bulan Januari ini tidak begitu tampak. Hanya kumpul-kumpul dan diskusi di base camp relawan, yakni rumah Ibu Yulhaida Badar, anggota senior Turun Tangan dan kebetulan salah seorang anaknya adalah ketua angkatan Pengajar Muda di Indonesia Mengajar.

Di akhir minggu bulan Januari ini, tepatnya pada malam minggu tanggal 26 lalu Turun Tangan Pekanbaru, komunitas yang dikomandoi oleh Adhitya Fernando ini kembali merapat dan kumpul bersama. Namun aktifitas kali ini diramaikan oleh hadir dan bergabungnya beberapa perwakilan beberapa komunitas lain yang ada di Pekanbaru, diantaranya adalah Bayu Rizka Wigasandra–ketua komunitas Chapter of Pekanbaru Manchester United (COP MU) dan Al Azhari Refni–ketua komunitas Berbagi Nasi (berbaginasi.com). Ini adalah pertanda baik untuk eksistensi Turun Tangan dan gaung kegiatan yang akan dilaksanakan nantinya.

Merencanakan program
Pertemuan malam minggu itu membahas mengenai beberapa program yang akan dilaksanakan. Ada tiga program yang akhirnya disepakati, yakni program Kelas Inspirasi, pembuatan Biopori dan donor darah.

Rpat Turun Tangan

Program Kelas Inspirasi dijadwalkan akan dimulai perdana pada hari minggu pagi esoknya. Anak-anak di kelurahan Simpang Tiga kecamatan Bukit Raya Pekanbaru tepatnya di perumahan Maya Graha. Rumah Ibu Rosmini, seorang penggerak masyarakat yang aktif berkecimpung di Posyandu, menjadi tempat dilaksanakannya Kelas Inspirasi. Ibu Rosmini sangat mendukung Turun Tangan dan Anies Baswedan. Kelas Inspirasi dimulai pada pukul 10.00 Wib, kehadiran relawan Turun Tangan disambut antusias oleh anak-anak disana yang sudah menunggu beberapa menit sebelumnya. Mereka terlihat begitu ceria, sambil menjinjing buku pelajaran Matematika, PKn dan Kesenian. Ketiga mata pelajaran itu menjadi fokus pengajaran pada Kelas Inspirasi. Untuk Matematika atau ilmu alam diampu oleh Ibu Yulhaida, Adhitya Fernando dan Anggun R Alifah, PKn diampu oleh Ariandi Zulkarnain dan M. Saddam sementara kesenian diampu oleh Rafzamzali dan Adhitya Anzaroktavian.

Kelas Inspirasi
Kelas Inspirasi dibuka dengan membahas mata pelajaran selama lebih kurang 1.5 jam, setelah itu aktifitas diisi dengan diskusi inspirasi dan motivasi. “Cita-cita saya ingin jadi dokter biar bisa membantu orang sakit”, ujar Nabila, seorang anak peremuan yang saat ini duduk di kelas 4 SD. Ada yang cita-citanya ingin jadi Dokter, Koki dsb. Syifa, siswi kelas 3 SD punya keinginan belajar ke negeri China dan Korea. Ketika ditanya apa motivasinya, dia menjawab karena ingin merasakan bagaimana hidup disana. Sepertinya ia tahu bahwa disana lebih maju. Kelas inspirasi ditutup pukul 12.00 dan diakhiri dengan foto bersama.

Siang hari pukul 13.00 kami melanjutkan agenda yakni kunjungan ke Sapulidi (@sapulidi), yakni salah satu pusat komunitas yang ada di Pekanbaru. Base camp sapulidi terletak di Jl. Kaharuddin Nasution, tidak jauh dari lokasi Kelas Inspirasi. Di Sapulidi, kami disambut langsung oleh Bang Richard, pendiri Sapulidi dan beberapa anggota komunitas Sapulidi lainnya. Perbincangan kami berlangsung di sebuah Gazebo di tengah taman yang asri. Kehadiran dan perkenalan kami disambut hangat oleh Sapulidi, sehangat sajian Teh Serai yang dihidangkan ke kami.

Kami mendiskusikan mengenai geliat aktifitas-aktifitas komunitas terutama di Pekanbaru. Bang Richard memaparkan visinya yang ingin membantu membangun kemandirian anak-anak muda melalui aktifitas yang profuktif, konsepnya yaitu melalui social business entrepreneurship. Sapulidi menfungsikan dirinya sebagai business incubator dengan fokusnya kepada seni dan budaya. Barang-barang bekas berupa potongan kayu dan lainnya disulap menjadi kerajinan yang unik untuk desain interior dan hal ini dikerjakan melalui project U Wood Desain yang saat ini sudah banyak menerima order desain interior dari berbagai tempat seperti hotel dan kantor pemerintah. Aspek budaya juga merupakan bidang yang dikelola oleh Sapulidi. Salah satu yang sekarang sedang dijalani adalah memasyarakatkan kunjungan ke Museum. Bekerja sama dengan Riau Heritage, Sapulidi membuat program untuk menarik perhatian warga mengunjungi Museum Sang Nila Utama yang berada di Pekanbaru. Selain itu, aspek lingkungan juga dibidangi oleh Sapulidi, yakni melalui project Green management.

Bersama bang richard pendiri Sapulidi
Bang Richard adalah seorang visioner yang begitu konsisten dan komitmen dengan visi pengembangan dan pemberdayaan kaum muda. Beliau dengan semangat bercerita dan berbagi kepada Turun Tangan Pekanbaru mengenai ide dan gagasan beliau. Niatnya begitu mulia, membesarkan kaum muda khususnya di Pekanbaru, agar mereka bisa mandiri dan memiliki jiwa sosial yang tinggi

Diskusi di Sapulidi
Sapu Lidi ini konspenya mirip dengan GK Enchanted Farm, sebuah platform social business entreperneurship di Filipina. Penulis (Adhitya Fernando) pernah berkunjung ke GK Enchanted Farm pada Februari 2013 lalu. Aksi nyata dan visi pemberdayaan dan pengembangan komunitas serta masyaraka begitu konsisten dilakukan oleh GK. Sebuah lembah kosong yang awalnya ditempati rakyat miskin dan kriminal di daerah Bulacan Filipina kini disulap menjadi daerah sejahtera dan produktif. Lembah gersang itu diubah oleh Tony Meloto, pendiri GK Enchanted Farm. Visinya tak tanggung-tanggung, ingin menjadikan lembah tersebut menjadi Green Valley, layaknya Sillicon Valley di Amerika, lembah tempat perusahaan-perusahaan besar Amerika membangun bisnisnya. Penduduk Green Valley kini sejahtera, setiap penduduk dibekali dengan keterampilan usaha, mereka dibimbing hingga berhasil mengangkat kehidupannya. Bahkan anak muda disana sudah jadi jutawan berkat bisnis yang dilakoninya disana.

Bisnis yang dibangun diantaranya adalah sistem pertanian terpadu, lembah gersang dan tandus diubah menjadi lahan pertanian yang subur. Setiap sektor digarap menjadi bisnis, mulai dari itik yang telornya dipasarkan dengan modern, kerjaninan, eco wisata dan banyak lainnya. Bedanya dengan Sapulidi ialah Sapulidi lebih terfokus pada aspek budaya dan seni, sehingga kerajinan dan seni interior bernilai tinggi dapat ditemukan disana.

Social business seperti ini harus dikembangkan dengan masif di Indonesia. Jaring-jaring kesejateraan masyarakat ada disana. Oleh karena itu dibutuhkan lebih banyak orang sumber daya manusia yang bersedia mengambangkannya, terutama para mahasiswa. Potensi penggerak bangsa ada pada kita.

Tidak hanya seputar kegiatan sosial, diskusi kami juga masuk ke ranah politik. Kami membincangkan seputar keadaan Indonesia yang kami sepakat mengatakan bahwa Indonesia saat ini sedang terperosok di berbagai bidang. Menyoal seputar pemilihan president yang akan berlangsung pada bulan April tahun 2014 ini, bang Richard juga mengutarakan dukungannya kepada Anies Baswedan. “Saya termasuk pengagumnya Anies Baswedan. Program-progam yang diusungnya juga hebat, seperti Indonesia Menagajar. Anies sudah menunjukkan kontribusinya pada Indonesia. Saat ini Anies sudah dikenal banyak orang dan dunia, walau memang yang mengenai Anies itu rata-rata adalah golongan terpelajar”, ujar bang Richard. Dalam penyampaiannya itu, bang Richard seperti hendak membuka sesuatu yang bisa kami tebak, bang Richard menyayangkan kenapa Anies Baswedan ikut dalam konvensi sebagai calon Presiden. Bang Richard menyayangkan bahwa Anies selama ini sudah sangat nyata perannya, cukup teruskan saja dan buat lebih besar, melalui ini Anies akan lebih dipandang baik ketimbang masuk ke dunia politik yang saat ini “kotor” dan siapa yang masuk kesana selurus apapun bisa dipastikan “bengkok” juga, ujar bang Richard. Keraguan ini dijawab dengan baik oleh kawan-kawan relawan. “Memang benar, kami pada awalnya juga berfikiran seperti itu, lebih baik Pak Anies tetap di dunianya saat ini yang nyaman, riuh dengan tepuk tangan”, balas Bu Yulhaida mengawali jawabannya. Dunia politik saat ini memang sudah mengalami pergeseran nilai, dulu politik dijadikan sarana pengabdian sementara saat ini politik dijadikan ajang perebutan kepentingan dan mencari uang.

Dunia politik saat ini memang sudah “kotor”, namun harus sampai kapan? Sambung relawan lain menjawab. Kalau dibiarkan terus begini maka Indonesia cepat atau lambat akan hancur. Oleh karena itu politik harus dibenahi oleh orang baik, orang-orang baik kita dukung dan kita kawal dalam menjalankan politik. “Menurut saya Anies lebih baik terus berkecimpung di dunia sosial, bangun kemandirian sampai di tingkat grass root, dengan fokus pada hal itu dia juga bisa membangun Indonesia”, sanggah bang Richard. “Dunia politik mengatur hajat hidup orang banyak, salah satunya soal pajak. Siapa yang akan mengurus pajak kita dan mengelolanya dengan baik sepenuhnya untuk kepentingan masyarakat? Selama ini kita hanya menjadi pembayar pajak yang taat, dan pengelolaannya yang menyimpang kita biarkan saja. Sampai naiknya harga LPJ pun diatur oleh politik, haruskah ini kita biarkan?”, sambung Alifah. Diskusi dan sharing ini masih berlanjut sampai akhirnya Adzan Ashar berkumandang. Perbincangan politik yang kami lakukan saat itu berlangsung seru dan mendidik.
Menutup pembicaraan, Sapulidi sepakat untuk membangun kerja sama dengan Turun Tangan. Kami merancang program bersama nantinya. Salah satsunya program biopori akan kami laksanakan di Sapulidi, melihat kawasan taman Sapulidi cukup sering tergenang air ketika hujan.

Turun Tangan Pekanbaru akan melakukan kunjungan rutin setiap minggunya ke berbagai komunitas, organisasi dan masyarakat, dengan harapan ini akan menjadi sarana sosialisasi dan tukar pikiran juga pencerdasan politik.

*****