[dropcap]H[/dropcap]ari ini di pusgit HMI Jl. Melayu hadir 6 orang kader hijau hitam dari beberapa komisariat di cabang Pekanbaru. Saya yang pagi tadi agak terlambat datang mendadak begitu senang karena dari kejauhan mendengar mereka berkomunikasi dengan bahasa asing. Sengaja tak langsung saya hampiri mereka, saya tahan diri di pagar lantai 2 gedung pusgit HMI. Percakapan mereka, walau terbata dan sedikit kaku membuat saya dengan bangga melangkahkan kaki menuju mereka, di ruangan ujung Lt. 2. Hari ini saya akan mengajari mereka bahasa inggris.

Foto bersama mentor dan peserta

Kehadiran saya tak serta merta membuat mereka berhenti berbicara, antusias positif tersebut yang saya rindukan dari organisasi ini. Dalam dua jam kedepan saya akan memulai pembelajaran, tatap muka perdana sejak komunitas ini diresmikan pada tanggal 16 Maret yang lalu. Peserta yang terdaftar dan hadir pada saat itu berjumlah 24 orang. Di pertemuan minggu berikutnya yang hadir cukup surut menjadi 12 orang, dan hari ini tinggal setengahnya. Saya mengampu pembelajaran conversation, pelajaran pertama adalah mengenai Greeting Someone. Kurikulum pembelajaran saya adopsi dari buku “Speak English, Please” karangan Slamet Riyanto.

Untuk mahir conversation bahasa inggris, rajin dan berani berbicara adalah kuncinya. Saya yang tadi penasaran dengan percakapan mereka, langsung saya tindak lanjuti dengan menugaskan mereka mempraktekkan percakapan berpasangan. Seru ternyata melihat mereka! Dalam hati saya, ini kader-kader HMI loh yang sedang berbicara bahasa inggris. Sebuah hal yang tak lazim ditemui. Saya mengolah pembelajaran tadi mulai dari latihan percakapan, belajar tata bahasa yakni penggunaan to be simple present form dan past tense form, soal latihan tertulis, latihan menerjemah bacaan hingga terakhir ditutup dengan presentasi. Di akhir pertemuan, saya minta dua orang untuk maju ke depan merangkum dan menjelaskan materi yang sudah saya berikan. Tanpa ragu, mereka langsung maju dengan yakin dan memang ternyata mereka dapat menjelaskan dengan bagus sekali dan memukau.

Peserta menyimpulkan hasil pembelajaran

Komisariat Takesi, pengelola komunitas ini telah menunjukkan dedikasi dan pengimplemetasian kelimuan yang baik. Ilmu yang didapat dari kampus untuk diabdikan dalam program nyata di organisasi. Komisariat Takesi adalah komisariat yang berada di Fakultas Tarbiyah & Keguruan dan Fakultas Psikologi UIN Sultan Syarif Kasim Riau. Takesi sendiri adalah singkatan dari nama kedua fakultas tersebut. Gerakan semacam ini sudah sepatutnya menjadi salah satu identifikasi HMI, bahwa kader-kader HMI yang menuntut ilmu yang beragam harus mampu mengembangkannya untuk kemajuan organisasi secara khusus, dan dapat memberikan manfaat bagi banyak orang umumnya. Konsep ini sudah secara matang difikirkan oleh sesepuh-sesepuh HMI dulu, mereka merancang didirikannya lembaga-lembaga di HMI, salah satunya adalah Lembaga Pendidikan Mahasiswa Islam (LAPENMI). Namun, sangat disayangkan seiring waktu berjalan gerakan HMI semakin kurang jelas orientasinya, banyak diwarnai politik, ditambah lagi dengan persaingan tidak sehat, konflik yang mewarnai kehidupan HMI hampir di seluruh pelosok nusantara. Gerakan yang dilakukan oleh komisariat Takesi ini diharapkan mampu menjadi pemancing gerakan-gerakan produktif lainnya dalah gerakan ber-HMI.

HMI English Community ini berdiri atas inisiatif saya. Namun sebenarnya dorongan untuk mendirikannya muncul dari pesan salah seorang Senior HMI di Jakarta, ia katakana “Semoga nanti ada satu dua orang kader HMI Sumatera yang dapat kamu kirimkan ke Jerman sana”. Pesan tersebut disampaikannya ketika saya hendak berangkat ke Jerman pada September tahun lalu. Pesan tersebut terus terfikirkan dalam benak saya. Sepulang dari Jerman, saya terus berupaya mencari cara agar bisa mempopulerkan bahasa inggris di HMI. Namun keadaan tidak cukup mendukung, cabang Pekanbaru dilanda konflik dualisme. Keadaan ini membuat resah para kader-kader, ketegangan dan persinggungan meningkat dalam pergaulan HMI. Keterpecahan ini membuat aktifitas di HMI semakin meredup, banyak kader-kader yang akhirnya memilih mundur dan menarik diri dari hiruk-pikuk di HMI. Namun keinginan saya masih sangat kuat, saya terus mencari cara.

Akhirnya saya putuskan bahwa saya akan gandeng komisariat untuk mewujudkannya. Takesi, komisariat di mana saya berasal, menyambut baik gagasan yang saya tawarkan dan segera mengadakan rapat persiapan. Beberapa kali saya hadir pada rapat tersebut, dan selebihnya saya pandu melalui komunikasi di luar rapat. Ternyata mereka  dapat dengan baik menerjemahakn apa-apa yang saya instruksikan. Saya menyarankan kepada mereka agar dibuatkan struktur pengurusan komunitas ini, agar ada yang bertanggung jawab penuh untuk mengelolanya. Akhirnya ditunjuklah beberapa orang untuk mengisi jabatan, diantaranya sebagai ketua program, sekretaris, dsb. Lebih kurang dua bulan kemudian akhirnya komunitas ini secara resmi didirikan.

Satu minggu setelah persemian, komunitas ini langsung mengadakan diskusi dengan mengundang pemateri dari luar HMI. Adalah Yuspa Rizal S.Pd, alumni UIN Suska Riau yang pernah meraih beasiswa pertukaran pelajar dari IIEF ke Amerika, yang mengisi diskusi tersebut. Adapaun tema yang diangkat adalah “What’s importance of study English”. Diskusi ini bertujuan, selain guna menambah wawasan peserta mengenai bahasa inggris dan manfaatnya, juga ditujukan untuk menjadi sarana pengenalan komunitas ke khalayak di luar. Sebab model pengembangan komunitas ini diarahkan untuk dapat berkolaborasi dengan pihak-pihak luar secara efektif, baik itu secara personal, hubungan antar komunitas, dan kerja sama dalam agenda, sehingga komunitas ini pun dapat memainkan peran yang lebih luas.

Kehadiran komunitas ini diharapkan juga menjadi salah satu metode yang baik dan efektif untuk merekrut lebih banyak mahasiswa untuk menjadi anggota HMI, sebab yang dapat menjadi anggota komunitas ini syaratnya adalah kader HMI. Komunitas ini dijadikan sebagai jawaban atas pemenuhan student interest dan student need. Mengundang ketertarikan mahasiswa terhadap HMI, membalikkan paradigma mahasiswa bahwa di HMI tidak hanya demo dsb. Tetapi juga banyak manfaat dan kegiatan positif lainnya.

Komunitas ini sudah berjalan tiga minggu, namun ternyata masih ada beberapa kendala yang harus dihadapi. Sebagaimana kendala yang umum dihadapi organisasi mahasiswa; kekurangan dana. Untuk fasiltas pembelajaran sementara, digunakan papan tulis tanpa rangka (hanya papan) dan diletakkan di atas kursi. Mensiasati dana, komisariat dan pengelola program telah berinisiastif untuk iuran dana, selain juga didapat dari kontribusi peserta. Melalui ini, diharapkan juga perhatian dari senior dan alumni untuk dapat membantu menyokong terselenggara dan berlangsungnya komunitas ini dengan baik.

Bersyukur dan ikhlas. Bahagia HMI.


 Pendaftaran program masih dibuka! Ayo segera bergabung.
Informasi: Hubungi 081362014412 (Tika)

Pamflet pendaftaran HMI English Community