[dropcap style=”flat”]B[/dropcap]angsa Indonesia sepertinya sudah ditakdirkan untuk mahir berbahasa. Sebuah riset yang dilaksanakan oleh SwiftKey, dalam rangka memperingati International Mother Language Day 21 Februari 2015 lalu, menobatkan Indonesia sebagai Negara trilingual (menguasai tiga bahasa) terbesar di dunia[1], dengan mayoritas masyarakat menguasai bahasa Indonesia, bahasa Jawa dan bahasa Inggris. Bagaimana dengan bahasa Jerman? Apakah Anda tertarik untuk mempelajarinya.

Indonesia the bisggest trilingual country in the world

[Gambar 1. Infografik Negara trilingual]

Bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu disepakati pada kongres pemuda Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928 di Batavia (Jakarta). Hingga tahun 2011, diperkirakan hanya 5 % masyarakat yang belum menguasai bahasa nasional ini[2]. Bahasa daerah di Indonesia pun tak kalah fantastis jumlahnya, tercatat 422 bahasa daerah pada kongres bahasa ke-9 tahun 2008 lalu[3]. Sedangkan bahasa Inggris sudah sejak lama menjadi kurikulum pendidikan mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi.

Memiliki kemampuan bahasa asing menjadi penting, terutama di era globalisasi saat ini. Banyak alasan yang mendorong seseorang untuk mempelajari bahasa, seperti tuntutan karir, untuk memperluas kesempatan kerja ataupun untuk melanjutkan studi di luar negeri. Namun belajar bahasa juga menguntungkan secara medis. Tulisan Alison Mackey, profesor linguistic di universitas Georgetown, mencatut penelitian seorang peneliti Swedia yang mengungkapkan bahwa belajar bahasa meningkatkan brain size.[4] Mesikpun demikian, usia menjadi faktor penentu dalam belajar bahasa. Semakin tua maka akan semakin susah dan prosesnya berjalan lambat. Pada anak-anak, belajar bahasa adalah sebuah insting bagi mereka.[5] Namun, dengan memahami metode yang tepat, kita akan terbantu untuk belajar lebih cepat. Motivasi dalam belajar juga akan sangat membantu. Tidak ada kata terlambat untuk belajar.

Bahasa Jerman untuk pertukaran pelajar

Awal mula keinginan saya untuk belajar bahasa Jerman adalah pada tahun 2013 lalu, sebagai persiapan untuk mengikuti Indonesian-German Intercultural Summer School yang diselenggarakan oleh kampus saya, UIN Suska Riau dengan University of Applied Science Amberg-Weiden di Jerman. Namun,

Walaupun selama kegiatan, bahasa Jerman yang saya pelajari sangat sedikit terpakai, karena bahasa pengantar adalah bahasa Inggris, namun tetap bermanfaat. Saat memesan makanan di restaurant, membeli tiket kereta dan berkomunikasi dengan teman-teman orang Jerman (speaking partner). Sejak saat itu, saya bertekad belajar bahasa Jerman sebagai bahasa asing kedua dan Jerman sebagai Negara kedua (tempat menuntut ilmu).

Pada awalnya, saya heran begitu sulitnya bahasa Jerman daripada bahasa Inggris. Namun setelah dipelajari, ternyata begitu banyak kesamaan antara kedua bahasa ini, terutama dalam hal kosakata. Selain itu, pengetahuan saya terhadap bahasa Inggris sebagai bahasa asing pertama ternyata banyak membantu dalam belajar bahasa asing kedua. Kita mengenal grammar dalam bahasa Inggris, maka dengan mudah pula kita mendeteksi grammar bahasa Jerman. Semua ada polanya. Kita dituntut untuk kreatif memahaminya.

Tentang bahasa Jerman

Bahasa Jerman adalah kelompok bahasa terbesar di Uni Eropa dengan sekitar 92 juta penutur asli di Jerman, Austria, Luksemburg dan sebagian dari Belgia dan Italia. Total penutur asli bahasa Jerman termasuk Swiss dan komunitas lainnya di seluruh dunia sekitar 105 juta orang.[6]

Sekitar 80 juta orang berbicara bahasa Jerman sebagai bahasa kedua atau bahasa asing. Bahasa Jerman dianggap penting di Uni Eropa bukan hanya karena jumlah penuturnya, tetapi juga karena bahasa Jerman, selain Inggris dan Prancis, adalah salah satu dari tiga bahasa yang digunakan di European Union.

Total German speaker in the world

[Gambar 2. Total penutur bahasa Jerman]

Bahasa Jerman, sebagaimana halnya bahasa Indonesia, juga banyak dipengaruhi oleh bahasa asing, terutama bahasa Latin, Prancis dan Inggris, teruama akhir-akhir ini. Contohnya der Airbag, der Computer, crashen, shoppen, das Handy. Peminjaman kata ini sering disebut sebagai Denglisch (Deutsch + Engish).

Dalam tata bahasa, ada beberapa perbedaan dan persamaan penting antara bahasa Inggris dan Jerman. Contoh perbedaan adalah Gender. Kata benda dalam bahasa Jerman menggunakan prinsip Gender: Maskuline, Feminin atau Netral. Setiap kata benda dituliskan dengan penambahan kata depan: Der untuk maskulin, Die untuk feminin, dan Das untuk netral. Contohnya Der Baum, Pohon adalah maskulin, Die Blume, Bunga adalah feminine, dan Das Buch, buku adalah netral. Walaupun ada petunjuk yang bisa membantu membedakan setiap gender kata, tetap saja menghafal adalah jurus yang utama. Jadi disarankan agar setiap menemukan kata benda baru, kita juga mengingat gendernya. Tidak ada alasan pasti kenapa suatu kata benda bisa dilabeli gender tertentu, alasan yang paling kuat adalah faktor historis dan tradisi yang berkembang di masyarakat Jerman awal.

Bentuk jamak dalam bahasa Jerman. Jika dalam bahasa Inggris ditandai dengan menambahkan –s, misalnya one book, two books. Dalam bahasa Jerman terdapat peraturan lain. Menambahkan –s dalam bahasa Jerman adalah pengecualian untuk kata-kata serapan dari bahasa Inggris. Contohnya eins Tiket, zwei Tikets. Ada banyak akhiran jamak, misalnya menambahkan umlaut (dua titik diatas kata), misalnya der Baum, Die Bäume; menambahkan –n pada akhir kata: die Blume, die Blumen dan beberapa lainnya.

Persamaannya contohnya adalah, bahasa Jerman dan Bahasa Inggris sama-sama menggunakan perubahan pada kata kerja untuk menunjukkan waktu kini (present), dan waktu lampau (past). Dalam bahasa Jerman, akhiran kata kerja untuk setiap bentuk waktu tergantung dari dua faktor: waktu (lampau, kini, dll) dan kata ganti (Ich saya, du kamu, er/es/sie dia laki-laki/netral/perempuan, wir kami, dll). Bahasa Jerman juga mengenal kata kerja beraturan dan tak beraturan.

Sementara untuk pengucapan, bahasa Jerman –menurut saya– lebih mudah dan konsisten disbanding bahasa Inggris. Kebanyakan kata diucapkan seperti yandg tertulis. Kita hanya harus mengenal bunyi dan pola penekanannya. Penekanan kata dalam bahasa Jerman biasanya dilakukan pada suku kata pertama, seperti DEUTSCHland Jerman dan MITtagessen makan siang. Namun begitu, penekanan juga bisa muncul di suku kata lain. Untuk alphabet, bahasa Jerman mengenal 26 alfabet sama halnya dengan bahasa Inggris, ditambah empat huruh. Tiga darinya adalah huruf umlaut( titik dua diatas): ä, ö, ü. Huruf keempat adalah β, yang biasa disebuh scharfes s atau esszett, dan berbunyi seperti s biasa. β digunakan setelah vocal panjang pada kata-kata seperti Straβe jalan dan Fuβball sepak bola. Sesudah fokal pendek digunakan ss: seperti Pass paspor. Selain itu, kata benda dalam bahasa Jerman istimewa karena ditulis dalam huruf besar, misalnya: Bank bank, Haus rumah.

Sumber belajar

Berkembangnya teknologi informasi telah membuka akses yang luas bagi setiap orang untuk memperoleh informasi. Sumber belajar cetak seperti buku-buku juga mudah ditemukan. Buku referensi yang saya gunakan adalah “Complete German edisi 1-3” karangan Paul Coogle dan Heiner Schenke. Sejauh ini, saya baru menamatkan edisi 1. Ebook juga dapat menjadi alternatif sumber belajar. Anda bisa googling “free german book” dan hasilnya akan banyak sekali. Ini salah satu situs yang Anda bisa kunjungi untuk memperoleh ebook: http://www.thegermanprofessor.com/free-german-books/. Selain itu, podcast (rekaman suara) dalam bentuk mp3 juga sangat membantu. Banyak website yang menyediakan podcast gratis speerti http://www.germanpod101.com. Anda bisa men-downloadnya dan mendengarkannya kapanpun dan dimanapun.

Terakhir, saya ingin mengatakan bahwa tidak ada ruginya belajar bahasa, hitung-hitung menambah soft-skill anda. Viel Erfolg ud viel Spaβ!

[1] Indonesia top trilingual country. http://www.wowshack.com/indonesia-ranks-as-the-top-trilingual-country-in-the-world/

[2] Gawat darurat pendidikan di Indonesia: Laporan Mendikbud Anies Baswedan pada silaturahim dengan kepala dinas pendidikan di Indonesia, 1 Desember 2014.

[3] Mahsun, kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud. http://nasional.kompas.com/read/2012/09/01/12030360/
Mau.Tahu.Jumlah.Ragam.Bahasa.di.Indonesia

[4] http://www.theguardian.com/education/2014/sep/04/what-happens-to-the-brain-language-learning

[5] http://lifehacker.com/the-science-of-learning-a-new-language-and-how-to-use-1579130048

[6] Complete German. Paul Coggle dan Heiner Schenke